Kenali Potensimu

Melalui Tes Intelegensi dan Minat Bakat Online

Pelaksanaan:
20 Mei 2023
Batas pendaftaran: 15 Mei 2023
0
0

Ada Apa dengan Gen Z dan Work Life Balance?

Gen Z Work Life Balance

Gen Z atau generasi Z mengacu pada sekelompok orang yang lahir pada rentang tahun 1997 – 2012. Pada tahun 2024 ini, rentang usia Gen Z adalah 27 tahun – 12 tahun. Oleh karena itu, banyak Gen Z yang sudah mulai bekerja dan menyusun kariernya baik sebagai karyawan tetap, karyawan kontrak, bahkan karyawan magang. Karakteristik Gen Z yang ‘nyentrik’ dan masuknya Gen Z ke dunia profesional mengundang opini yang sangat beragam dari berbagai kalangan, khususnya generasi lainnya yang sudah jauh lebih senior di dunia kerja. 

Gen Z memiliki kecenderungan untuk mencari pekerjaan yang memiliki sistem kerja dan jadwal kerja yang lebih fleksibel, yang mana jarang ditemukan pada perusahaan yang didominasi oleh generasi yang lebih tua. Pekerjaan yang paling banyak diminati oleh Gen Z juga perusahaan yang hubungan antar koleganya tidak terlalu formal dengan suasana kerja yang menyenangkan. Walaupun begitu, Gen Z sangat menghargai batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, serta sangat mengutamakan kesehatan mental dan kesejahteraan dirinya.

Biasanya, para Gen Z akan menolak untuk dihubungi dan menolak untuk menjawab email atau pesan yang berkaitan dengan pekerjaan di luar jam kerja karena ingin fokus dengan kegiatan pribadinya. Gen Z juga enggan bekerja melewati batas jam kerja karena memiliki kesibukan lainnya di luar pekerjaan. Perilaku dan karakteristik Gen Z di dunia kerja ini sebenarnya sah-sah saja dilakukan, bahkan seharusnya dinormalisasikan. Namun, sering kali Gen Z dianggap ‘lemah’ atau ‘lebay’ ketika menunjukkan batasan tersebut. Padahal, batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi ini kerap dilakukan oleh para Gen Z demi mencapai work life balance.

Apa Itu Work Life Balance?

Kata ‘work’ pada work life balance mengacu pada kemampuan intelektual atau fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Sedangkan, kata ‘balance’ merupakan sebuah konsep yang digunakan untuk menggambarkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, work life balance adalah kehidupan yang memuaskan, sehat, dan produktif. Dalam hal ini, untuk mencapai work life balance, individu harus menggabungkan kegiatan di kehidupan sehari-hari seperti bekerja, dengan kegiatan yang berfokus pada pengembangan diri yang sesuai dengan nilai-nilai serta preferensi individu. 

Awal Mula Istilah Work Life Balance

Sebelum marak digunakan oleh Gen Z di Indonesia beberapa tahun terakhir, ternyata istilah work life balance sudah sering digaungkan di belahan dunia lainnya. Awalnya, istilah work family balance banyak dipakai karena banyak perempuan yang mencari pekerjaan di luar rumah setelah perang dunia kedua. Perempuan-perempuan ini bekerja sambil menjalankan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dengan tanggung jawab utamanya yaitu mengurus anak. Oleh karena itu, istilah work family balance diciptakan untuk menyeimbangkan pekerjaan yang mereka jalani dengan tanggung jawab sebagai ibu. Setelah itu, makna work family balance bergeser dan mengacu ke para orang tua, ayah maupun ibu, yang harus menyeimbangkan peran mereka sebagai pekerja dan sebagai orang tua. 

Hal ini kemudian memunculkan perdebatan, bagaimana dengan pekerja yang belum menikah dan belum memiliki anak? Oleh karena itu, istilah work family balance berganti menjadi work life balance untuk mewakili orang-orang kelas pekerja yang belum memiliki tanggungan di luar dirinya sendiri. Keseimbangan yang yang dilakukan oleh pekerja yang belum menikah dan belum memiliki anak adalah menjalani hobi, pendidikan, aktivitas religius, tanggung jawab dalam keluarga, dan kegiatan lainnya yang dianggap penting.

Mengapa Work Life Balance Penting?

Walaupun sering dianggap lemah dan ‘lebay’, ternyata Gen Z tidak sepenuhnya salah. Banyak sekali penelitian yang sudah membahas mengenai efek positif dari work life balance terhadap kesejahteraan individu. Penelitian menunjukkan bahwa work life balance dapat meningkatkan kesejahteraan atau well-being para pekerja. Kesejahteraan atau well-being bisa terjadi karena ketika individu memiliki kemampuan untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, individu dapat memenuhi kebutuhan dan tujuan pribadi mereka

Kebutuhan dan tujuan pribadi individu bisa bermacam-macam, misalnya, kebutuhan untuk bersosialisasi atau berelasi dengan keluarga dan teman lama, kebutuhan untuk mengembangkan diri dengan mengikuti course atau pendidikan formal, kebutuhan untuk memenuhi tanggung jawab sebagai anak dengan mengurus orang tua yang sudah lanjut usia, kebutuhan untuk memenuhi tanggung jawab sebagai orang tua dengan mengurus anak yang masih kecil, dan lain-lain. Oleh karena itu, work life balance berperan sangat penting bagi semua orang dari berbagai kalangan (bukan hanya Gen Z, ya!), baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah.

Selain kesejahteraan individu, work life balance juga berpengaruh pada kesejahteraan perusahaan itu sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa pengalaman individu di kehidupan kerja dan kehidupan pribadi akan saling memengaruhi satu sama lain. Dalam kata lain, jika individu memiliki kualitas kehidupan pribadi yang baik, maka individu kemungkinan akan memiliki pengalaman yang lebih positif di lingkup kerja, begitupun sebaliknya. Pengalaman yang positif di dunia kerja akan memengaruhi performa dan meningkatkan produktivitas perusahaan.

Dampak Jika Work Life Balance Tidak Tercapai

Jika work life balance tidak tercapai, ternyata ada beberapa konsekuensi negatif yang mungkin akan terjadi. Pertama, sebuah penelitian menyatakan bahwa, jika perusahaan tidak memerhatikan dan mengelola work life balance karyawan dengan baik, maka akan terjadi penurunan produktivitas dan kinerja pada pekerjanya. Selain berpengaruh buruk ke perusahaan, work life balance yang tidak tercapai juga pastinya akan memengaruhi kesejahteraan individu itu sendiri. Beberapa hal yang bisa terjadi yaitu stres, masalah kesehatan, merasa tidak puas pada pekerjaan, dan lain-lain. Kurangnya waktu untuk bersosialisasi dan berelasi dengan keluarga dan teman juga menjadi salah satu dampak jika work life balance tidak tercapai yang akan mengganggu kesehatan mental individu.

Ditulis oleh: Aliyya Budi Cahyaningtyas

Tinggalkan komentar

0

Keranjang Kamu Kosong

Tidak ada produk di keranjang Anda.