Kenali Potensimu

Melalui Tes Intelegensi dan Minat Bakat Online

Pelaksanaan:
20 Mei 2023
Batas pendaftaran: 15 Mei 2023
0
0

Menikmati Masa Pensiun

Rowe & Kahn di tahun 1997 mengenalkan konsep successful aging, di mana suksesnya masa tua seseorang bersifat multidimensi, mencakup terhindar dari penyakit dan kecacatan, fungsi tubuh yang masih terjaga, kognitif yang baik, tetap produktif, serta keterlibatan yang berkelanjutan dalam aktivitas sosial. Cara kita memaknai, menyikapi, dan menerima usia tua menjadi penting untuk meraih kebaikan-kebaikan di masa tua (positive aging) hingga dapat mewujudkan successful aging.

Sementara itu, sering kita mendengar “Life begins at 40” di mana pada titik ini seseorang memasuki usia stabil dan matang. Angka tersebut erat kaitannya dengan patokan karir yang mapan, finansial sudah memasuki standar aman, dan relasi yang dibangun terbilang kuat. Masa terbaik ini akan berlangsung hingga 20 sampai 25 tahun ke depan, kemudian berakhir dengan masuknya usia berhenti bekerja. Sayangnya, tidak semua orang siap melalui hari-hari setelah usia puncak pencapaian terbaik itu berakhir. Saat harus menghadapi pensiun di masa lansia.

Menurut peraturan Presiden nomor 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan, yang dimaksud dengan lanjut usia (lansia) ialah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Pada tahun 2022 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah lansia 22,6 juta atau mencapai 10,48% dari total penduduk Indonesia. Sementara berdasarkan data World Population Review, Angka Harapan Hidup (AHH) orang Indonesia tahun 2023 adalah 71,1 tahun. Harapan hidup pria berada di angka 68,96 tahun dan wanita mencapai 73,27 tahun. Rentang waktu ini cukup panjang jika dihitung dari usia pensiun yang berkisar pada 55-60 tahun. Sebagai pensiunan, yang terbiasa sibuk dengan aktivitas pekerjaan, bertemu dan berdiskusi dengan kolega dan relasi sejak pagi hingga petang, kemudian dihadapkan pada peran serta rutinitas baru yang berbeda, berpotensi menimbulkan perasaan negatif seperti ketidakberdayaan dan menganggap diri tidak berguna.

Mengenal Post Power Syndrome

Memasuki masa pensiun yang serba berbeda tidak dapat dihindari, namun dapat dipersiapkan lebih awal. Salah satu yang rentan dialami seorang pensiunan dalam melewati masa lansianya adalah post power syndrome, yakni suatu kondisi yang ditandai dengan menurunnya harga diri (self-esteem) seseorang dikarenakan bayang-bayang kebesaran masa lalunya serta sulitnya menerima perubahan yang ada pada masa sekarang. Keadaan ini disebut juga sebagai retirement syndrome.

Post power syndrome dapat ditandai dengan munculnya perasaan tidak berharga dan sensitif dengan keadaan sekitar. Sikap ini yang kemudian membuat lansia enggan dibantah pendapat atau keinginannya, bahkan mereka cenderung senang mencela orang lain. Namun pada keadaan tertentu, mereka bisa menjauh dari pergaulan sosial dan menjadi pemurung. Keadaan ini jika dibiarkan berlangsung lama dapat menurunkan kesehatan fisik dan mental lansia.

Menikmati Masa Tua dengan Hati Bahagia

Memasuki masa pensiun menjadi salah satu tahap kehidupan baru yang tidak mudah untuk dijalani setiap orang, apalagi saat menyadari banyak perubahan terjadi baik secara mental ataupun fisik. Dibutuhkan persiapan yang matang untuk melalui tahap usia ini. Berikut beberapa tips yang dapat dipersiapkan:

1. Miliki Hobi

Di dunia yang serba terburu-buru, seringkali kita lupa cara menghibur diri. Rutinitas pekerjaan dan akhir pekan yang habis begitu saja dengan rebahan seharian akan terasa membosankan. Psikolog Mihaly Csikszentmihalyi mengungkapkan bahwa memiliki hobi dapat memberikan makna dan tujuan dalam hidup, sehingga aktivitas yang dilakukan seseorang terasa lebih bermakna. Menjalani hobi di hari tua juga menjadi salah satu cara untuk membentuk relasi baru yang membantu kita merasa diterima oleh masyarakat. Pada jangka panjang, kegiatan yang memberi rasa nyaman dari hobi ini dapat mengurasi risiko stres sehingga bisa menyehatkan fisik dan mental.

2. Positive Spirituality

Spiritual dalam KBBI berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani dan batin). Sikap ini dapat terkait dengan nilai-nilai religius (bersifat keagamaan dan penghayatan) dan non religius. Pada individu, spiritual yang positif berhubungan dengan kebahagiaan, harga diri, dan optimisme dalam memaknai kehidupan. Sementara di tingkat sosial dan politik, hal ini terkait kesukarelawanan, kedermawanan, dan kemampuan memberi dampak pada lingkungan. Terlibat dalam aktivitas sosial dan keagamaan dapat membantu kita mencapai rasa syukur serta mengurangi kecemasan. Penuaan memang tidak dapat dilawan, ia hanya bisa diterima. Kemampuan menerima perubahan hidup membutuhkan kondisi spiritual yang baik. Aktivitas yoga yang menggabungkan aktivitas fisik dan meditasi juga dapat menambah kebugaran tubuh dan mengurangi kecemasan.

3. Mindfulness

Secara bahasa, mindfulness berarti kesadaran. Being mindful artinya secara sadar menerima dan memberi perhatian pada pikiran, emosi, sensasi dan apa yang kita rasakan saat ini, tanpa melabelinya sebagai baik atau buruk. Alih-alih memikirkan masa yang sudah berlalu atau mengkhawatirkan masa depan seperti kematian, mindfulness mengajak individu untuk fokus pada apa yang terjadi saat ini dan hal yang masih bisa dikerjakan sekarang. Ini dapat membantu diri untuk mengendalikan rasa takut, penyesalan, serta kecemasan yang kerap dialami individu saat memasuki usia tua. Beberapa aktivitas yang mengajak lebih mindful misalnya berkebun, di mana kita dapat mendampingi pertumbuhan dan perkembangan tanaman hingga dapat memanen sendiri hasilnya. Jika masih suka bekerja dan beraktivitas seperti biasa, tidak ada salahnya tetap melanjutkan pekerjaan sesuai keahlian seperti menjadi konsultan atau pengajar.

Pensiun dari pekerjaan bukan masa yang buruk. Bisa jadi, ini adalah fase kehidupan baru yang menyenangkan. Kita hanya perlu mempersiapkannya dengan baik. Kapan waktu terbaik merencanakan pensiun? Hari ini. LPTUI melalui layanan Successful Retirement Program akan mendampingi Anda dalam mempersiapkan diri menyambut hari terbaik itu tiba.

(Tim Penulis LPTUI)

Ijinkan LPTUI membersamai masa pensiun Anda.

 

 

Referensi:

Miller, K. D. (2019). Positive Aging: 10+ Principles to Shift Beliefs Around Age. In Positive Psychology. https://positivepsychology.com/positive-aging/

Crowther, M. R. (2002). Rowe and Kahn’s Model of Successful Aging Revisited: Positive Spirituality—The Forgotten Factor. https://academic.oup.com/gerontologist/article/42/5/613/653590

Eisenberg, R. (2020). The Power Of Positive Aging And How To Live That Way
https://www.forbes.com/sites/nextavenue/2020/06/11/the-power-of-positive-aging-and-how-to-live-that-way/?sh=1d35df8d5f12

Kurtz, J. L. (2015). Psychology Today: Six Reasons to Get a Hobby; You’re really not too busy. https://www.psychologytoday.com/us/blog/happy-trails/201509/six-reasons-get-hobby

Roussiau, N. (2023). Editorial: Spirituality and positive psychology. https://www.frontiersin.org/research-topics/29831/spirituality-and-positive-psychology
Dianawuri, L. (2023). Tanda-tanda Post Power Syndrome, Pengertian & Cara Mengatasinya. https://tirto.id/gCQP

Anda bisa membagikan artikel berikut kepada yang lain:

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

0

Keranjang Kamu Kosong

Tidak ada produk di keranjang Anda.